Seperti 2021, tahun 2022 ini MTs NU ITB mengadakan festival nasi tumpeng dalam rangka peringatan HUT RI ke-77. Peserta festival tahun ini adalah 6 kelompok peserta didik. Festival tumpeng ini ternyata mendorong para murid menyelesaikan masalah dengan kreatif. Dengan dana subsidi Rp 50.000,- murid-murid dimohon membuat sajian nasi tumpeng.

Kelompok kelas 8 putri berhasil menyajikan tumpeng dengan cara yang unik. Karena keterbatasan waktu dan pertimbangan yang lain kelompok kelas 8 putri berinisiatif untuk iuran beras. Dengan bahan beras yang terkumpulkan, kelompok kelas 7 putri memesan sajian nasi tumpeng dengan biaya kurang dari Rp 50.000,-. Untuk melengkapi nasi tumpeng, murid-murid kelas 8 putri sepakat untuk membawa lauk dari rumah. Ada yang membawa sois, ada yang membawa dadar telur dan lain sebagainya. Akhirnya jadilah sajian tumpeng dengan beraneka ragam lauk yang melimpah. Sungguh sangat kreatif. Kelompok yang lain ada yang menutup kekurangan biaya dengan iuran sekitar Rp 5.000,- per murid.

Menurut KH Imam Surjani, sebagaimana dilansir nu online tumpeng melambangkan ukhuwah Islamiyyah, basyariyah dan wathaniyah. Tumpeng itu metu lewat dalan kang lempeng (keluar menuju jalan yang lurus). Jadi dengan adanya tumpeng diharapkan kita mampu selalu dalam jalur lurus sesuai aturan agama. Tumpeng juga dihiasi dengan berbagai macam menu yang beragam disekelilingnya dengan makna filosofis bahwa manusia hidup di tengah-tengah perbedaan yang merupakan sebuah sunnatullah.

Selain itu lanjutnya, tumpeng biasanya dihiasi dengan bubur merah putih yang juga memiliki makna mendalam bagi kehidupan manusia. Bubur merah yang di atasnya terdapat bubur putih menggambarkan bahwa setiap manusia mesti ada kesalahan. Namun hendaknya manusia harus selalu melihat kebaikan-kebaikan yang ada. Sebaliknya, bubur putih dengan atasan bubur merah melambangkan bahwa sebaik-baik manusia bisa dipastikan memiliki kekurangan dan kelemahan. Maka manusia jangan merasa suci dan merasa terbaik serta buanglah rasa sombong. Kita ini beragam tapi harus dapat bersatu. Kita beda tapi tidak boleh dibeda-bedakan. Kita sama tapi tidak bisa disama-samakan. Dirimu adalah diriku dalam bentuk yang berbeda. Bersama kita bisa meraih ridho Allah SWT.

Setelah upacara bendera peringatan HUT RI, tumpeng-tumpeng dikumpulkan di depan kantor MI ITB untuk dinilai dan sebagian dipersembahkan untuk dewan guru MI dan MTs ITB. Setelah itu tumpeng dikepung bersama kelompok masing-masing. Alhamdulillah berkah.

Setelah kepungan tumpeng, murid-murid MTs NU ITB terutama kelas 9 menjadi panitia pelaksana lomba-lomba 17an untuk adik-adik kelas 1 sampai 6 MI ITB.

Irsyaduth Thullab, Yes!
Merdeka!